Senin, 29 Juli 2013

materi bahasa indonesia bab iv kelas xii sma



TUJUAN PEMBELAJARAN

1.       Menyampaikan intisari buku nonfiksi dengan menggunakan bahasa yang efektif dalam diskusi
2.       Menulis laporan diskusi dengan melampirkan notulen dan daftar hadir
3.       Menanggapi pembacaan penggalan novel dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan.

BERBICARA         

Menyampaikan Intisari Buku Nonfiksi dengan Menggunakan Bahasa yang Efektif dalam Diskusi

Di masyarakat, kini muncul kelompok-kelompok pencinta buku. Anggotanya bisa berasal dari komunitas tertentu atau umum tanpa membatasi latar belakangnya. Secara berkala, para anggotanya bertemu di suatu tempat untuk mendiskusikan buku-buku tertentu. Biasanya, yang dibedah itu merupakan buku-buku berkualitas tinggi, laris, dan sedang dalam perbincangan masyarakat. Mereka berkumpul bukan semata-mata karena ada kesamaan hobi atau minat, tetapi lebih didorong oleh kebutuhan untuk mendapatkan informasi dari buku yang dibacanya itu secara tepat dan maksimal. Mereka menyadari bahwa dengan saling membagi pengalaman dan pengetahuan akan buku yang dibacanya, informasi yang diperoleh akan lebih kaya dan jernih karena sudah disaring dari banyak narasumber. Kesalahpahaman yang mungkin terjadi bila dibaca sendiri, akan terminimalisasi melalui cara ini. Biasanya, buku yang didiskusikan adalah buku-buku yang tebal, bahasanya cukup berat atau sulit dipahami, dan permasalahan atau cerita yang disajikan kompleks.
Buku jenis apa yang sering kamu baca? Apa manfaat yang kamu peroleh dari membaca? Buku sering diibaratkan jendela dunia. Tanpa harus meninggalkan tempat, seseorang bisa berkelana mengunjungi sudut-sudut dunia untuk melihat berbagai keindahan yang ada di dalamnya. Dengan membaca buku, pengetahuan dan wawasan pembaca akan semakin luas.
Ada bermacam-macam jenis buku. Berdasarkan isinya, buku digolongkan menjdai 2 kelompok, yaitu fiksi dan nonfiksi. Buku fiksi adalah buku yang dikarang berdasarkan hasil imajinasi atau khayalan (fiction) sang penulis. Isinya tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah atau keilmuan. Isinya lebih mengedepankan unsur perasaan seni yang bersifat relatif daripada unsur rasional atau logika yang bersifat definitif. Buku-buku karya sastra seperti novel/roman, antologi cerpen/puisi, kumpulan dongeng atau cerita rakyat termasuk dalam golongan jenis ini.
Buku-buku yang tidak termasuk dalam jenis buku fiksi seperti dijelaskan di atas, disebut buku nonfiksi. Buku ini berdasarkan pengalaman (empiris), hasil observasi, hasil analisa penulis terhadap berbagai peristiwa, keadaan, atau  fenomena yang terjadi dalam kehidupan nyata. Buku ini dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan atau logika karena disusun melalui proses kerja ilmiah. Jika buku fiksi lebih menawarkan aspek estetika yang menghibur atau mendatangkan kepuasan tertentu, buku nonfiksi menawarkan informasi-informasi pengetahuan faktual yang dapat memperluas cakrawala pengetahuan kita.
Membaca buku nonfiksi relatif lebih berat dan membosankan dibandingkan membaca buku fiksi. Pada mulanya, siswa umumnya membaca karena tuntutan pelajaran sekolah. Namun setelah dewasa, orang membaca buku karena kebutuhan informasi untuk berhubungan dengan pengembangan hobi, bakat, atau profesi yang ditekuninya.
Tugas Kelompok
1.       Bentuklah kelompok beranggotakan 5 – 8 anak. Berundinglah untuk menentukan buku nonfiksi yang akan dibaca dan didiskusikan.
2.       Di rumah, bacalah secara intensif buku yang telah disepakati atau ditentukan oleh kelompok. Tentukanlah berapa waktu yang disediakan untuk menyelesaikan membacanya.
3.       Bagilah tugas kepada setiap anggota kelompok untuk membuat ringkasan inti sari buku. Satu anggota cukup mendapat jatah 1 bab. Jika babnya sedikit, sementara anggota kelompoknya banyak, bagilah per subbab atau menurut jumlah halaman.
4.       Tulis tangan atau ketiklah ringkasan inti sari buku tersebut secara rapi untuk dibawa  pada pertemuan berikutnya.
Berkaitan dengan kegiatan meringkas ada beberapa istilah yang secara umum atau luas mengacu pada pengertian yang sama, tetapi masing-masing memiliki tekanan dan tujuan yang berbeda. Seperti pernah kita dengar, ada istilah ringkasan (precis), ikhtisar, abstraksi, sinopsis, dan resume.
Meringkas pada hakikatnya adalah tindakan membuat sesuatu yang luas, besarm panjang, banyak makan tempat menjadi sesuatu yang sempit, mungil, pendek, dan hemat tempat. Meringkas dilakukan dengan memangkas bagian-bagian, penjelasan, rincian, ilustrasi dengan mempertahankan atau membiarkan struktur pokoknya. Dalam meringkas sebuag karangan, gaya tuturan, kerangka  pikiran, pendekatan, dan sudut pandang penulis dijaga keasliannya. Dalam meringkas, tidak dibenarkan perngkas memulai tulisannya dengan mengatakan, “Dalam buku ini pengarang mengatakan....”. Panjang ringkasan yang ideal harus proposional atau sebanding dengan bagian-bagian karangan aslinya. Sebagai contoh, karangan asli terdiri atas 100 halaman 10 bab, ringkasannya menjadi 10 halaman 10 paragraf.
Dengan uraian di atas, dapat disimpulkan ringkasan harus bersifat runtut, deduktif (umum ke khusus/penting ke kurang penting), proposional, dan mempertahankan sifat-sifat asli pengarang.
Langkah-langkah membuat ringkasan:
1.       Penulis membaca secara intensif naskah asli. Jika perlu dilakukan beberapa kali untuk memahami isinya
2.       Penulis mengidentifikasi, menandai, dan mencatat gagasan utama, ide-ide penting yang ada dalam teks
3.       Penulis menyusun reproduksi karangan asli menjadi karangan baru yang jauh lebih singkat. Langkah ini dilakukan dengan menyusun atau merangkai gagasan pokok yang telah diidektifikasi
4.       Penulis memeriksa dan mengedit untuk merapikan bahasa karangan ringkasan yang telah dihasilkan



Tugas Mandiri
1.       Bacalah kutipan buku berikut ini!
Judul Buku          :     SPEAK OUT: Panduan Praktis dan Jitu Memasuki Dunia Broadcasting dan Public Speaking
Pengarang          :     Teddy Resmisari Pane
Penerbit              :     PT Gramedia
Tahun terbit       :     2004
Jml. Halaman     :     146
Kutipan halaman 1 – 2
I.                     KOMUNIKASI ELEKTRONIK
Ini adalah buku tentang komunikasi antarmanusia, yang difokuskan pada media elektronik radio dan televisi. DI rancang untuk menolong Anda menjadi komunikator yang lebih efektif. Disebabkan oleh perkembangan pesat komunikasi elektronik (electronic communication), memperlajari pokok-pokok permasalahannya sangatlah bermanfaat untuk Anda. Tanpa mengindahkan apakah Anda bermaksud mengisi waktu Anda dengan berkarier di dunia broadcasting. Memperlajari komunikasi elektronik, maka radio dan television announcing adalah bagian yang terpenting.
Oleh karena itu, buku ini mendiskusikan  announcing sebagai sebuah profesi, membahas baik dari segi teknis maupun aspek-aspek penampilan (performance).
Katakanlah, apakah Anda bermaksud menjadi seorang penyiar atau pun tidak, pelajaran Anda tentang hal ini sangat bermanfaat. Lebih spesifik lagi, apabila Anda praktekkan dalam tugas atau pekerjaan Anda, Anda akan merasakan peningkatan dengan pesat keahlian Anda dalam berbicara jelas dengan artikulasi yang baik dan mengucapkan kata-kata dengan benar, serta banyak lagi manfaat lain yang erat kaitannya dengan announcing.
Mempergunakan radio tape recorder dan video tape recorder sebagai sarana berlatih secara reguler akan memberi peluang bagi Anda untuk meningkatkan kemampuan diri. Pada masa-masa sebelum ada tape recorder, tidak ada cara lain yang memuaskan Anda untuk menilai diri secara objektif.
Disc recording and motion picture dapat juga membantu, tetapi kedua sarana ini sangat mahal dan memerlukan waktu proses yang lama. Lebih jauh lagi, film tidak dapat memberikan umpan balik (feed back) dengan segera. Di samping biayanya mahal, film cenderung mengintimidasi penampilan. Audio dan video recorder tidak mahal, mudah tersedia, dapat dioperasikan dengan biaya rendah, dan memiliki keunggulan atau keuntungan lain. Kesalahan-kesalahan dapat dihapus dengan mudah.

Tape recorder memberi banyak kesempatan kepada siapapun yang belajar announcing untuk mendengar suara dan melihat wajah mereka sendiri. Pastilah setiap mata kuliah broadcasting di perguruan tinggi memiliki alat-alat ini dan mempergunakannya sebagai alat bantu untuk mata pelajaran radio and television announcing.
Setelah melihat wajah dan mendengar suara Anda sendiri yang direkam dan melakukannya selama satu periode dalam beberapa minggu. Anda dapat mencatat dan mengoreksi cara berbicara yang salah. Suara yang kurang baik, gaya penampilan yang aneh dan ganjil, dan sebagainya. Semuanya ini membuat Anda kecewa. Oleh karena itu, untuk menyesuaikan dari meningkatnya, Anda harus menambah kayakinan. Hal ini akan menjamin peningkatan penampilan Anda selanjutnya.
2.       Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, buatlah ringkasan atas isi buku tersebut. Panjang ringkasan 1 paragraf terdiri atas 8 – 10 baris
3.       Tulislah di buku tugasmu. Setelah selesai tukarkan dengan teman sebangku dan saling periksalah dengan teliti. Coretlah bagian-bagian ringkasan yang menurutmu tidak perlu ditulis, atau sebaliknya sisipkan bagian buku yang seharusnya dituliskan.
4.       Perbaikilah ringkasanmu berdasarkan koreksian dan masukan teman sebangkumu!
UJI kOMPETENSI
1.       Begabunglah kembali dengan kelompok kalin. Tunjuklah salah seorang temanmu menjadi moderator dan seorang menjadi notulen.
2.       Secara bergantian menurut arahan moderator, setiap anggota menyampaikan ringkasan atau inti sari buku yang telah dipersiapkan dan menjadi tugasnya.
3.       Sampaikanlah pula hal-hal menarik dan perlu dikomentari dari bagian buku yang diringkas isinya itu
4.       Setelah semua menyampaikan inti sarinya, berdiskusilah untuk semakin memperjelas pemahaman isi buku tersebut.
5.       Setiap anggota menyampaikan komentar atau tanggapan atas presentasi anggota yang lain, Ajukan pertanyaan apabila ada hal yang belum jelas kepada anggota yang bertanggung jawab pada bab buku di mana persoalan tersebut dibahas.
6.       Kemukakan semua hal tersebut dengan bahasa yang efektif, ekspresif, dan komunikatif.
7.       Notulis mencatat inti sari semua arus pembicaraan yang muncul dengan sistematis.
8.       Kumpulkan notulen hasil diskusi. Jangan lupa tuliskan nama anggota kelompok dan data publikasi buku yang didiskusikan.
UJI TEORI
1.       Apakah yang maksud buku fiksi/ sebutkan contoh yang pernah kamu baca!
2.       Apakah yang dimaksud buku nonfiksi?
3.       Sebutkan macam-macam jenis buku nonfiksi!
4.        Apa keuntungan atau manfaat dari kegiatan mendiskusikan buku?
5.       Apa maksudnya buku sebagai jendela dunia?
6.       Bagaimana langkah-langkah mengarang?
7.       Bagaimanakah sifat0saifata ringkasan yang harus diperhatikan?
8.       Sebutkan beberapa jenis bentuk karangan yang sering tumpang tindih pengertianya dengan ringkasan (precis)?
B. MENULIS
Menulis Laporan Diskusi dengan melampirkan notulen dan daftar hadir.
Kegiatan diskusi dilakukan dengan berbagai motivasi dan tujuan. Ada sekelompok masyarakat yang berdiskusi atas inisiatif sendiri. Di sisi lain banyak institusi pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat menggelar seminar untuk membelanjakan anggaran yang telah disetujui. Sementara itu, siswa di sekolah berdiskusi karena ditugaskan oleh guru untuk memecahkan masalah. Yang diberikan. Dalam diskusi independen yang berangkat dari kemauan sendiri dan untuk kepentingan sendiri, tidak perlu ada laporan. Namun yang laksanakan karena suatu mandat, pesan sponsor, atau berkepentingan dengan pihak lain, maka harus dibuat laporannya. Laporan itu dibuat dan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil diskusi.
Untuk membuat laporan itu, dalam kegiatan diskusi, selain ketua atau moderator, harus ada seseorang yang bertugas sebagai notulis. Bentuk laporan diskusi bermacam-macam. Akan tetapi, bagaimanapun wujudnya ada pokok-pokok yang harus disampaikan.
Berikut ini adalah contoh laporan diskusi.
Laporan Seminar Kebebasan Memperoleh Informasi Publik
Universitas Nusantara Surabaya, 15 Januari 2011
1.         Susunan Acara
08.30 – 09.00
Morning coffee & registrasi ulang
09.15 – 09 30
Pembukaan
Sambutan Rektor UNNUS: Bpk. Haryadi, M. Eng., M. Sc.
Sambutan Wakil FOI: Ibu Arianti (UNESCO)
Penyerahan kenang-kenangan kepada:
·         British Councul (Ibu Wulandari)
·         Univ. Bina Nusantara ( Dra. Margaretha, M. Lib)
·         Koalisi KMIP (Bpk. Handoko)
·         World Bank diwakili oleh Bpk Wiryawan
09.30 – 10.15
Sejarah Perkembangan dan Perjalanan KMIP di Indonesia
Pembicara  : Bpk Sukoto, S. H.
Moderator : Dian Sari
10.15 - 11.00
Peranan Kepustakawanan Indonesia dalam Meperoleh Informasi
Pembicara  : Raditya, Ph. D.
Moderator : Dian Sari
11.00 – 12.00
Diskusi dan Tanya Jawab Sesi 1 dan 2
12.00 – 13.30
Makan siang (Ditawarkan Library Tour bagi yang berminat)
13.30 – 14.15
Efek transformasi dari informasi tersembunyi: Pelajaran dari sejarah
Pembicara  : Drs. Hermawan
Moderator : Dwi Kusuma, M. S.
14.15 – 14.45
Tanya Jawab
14.45 – 15.30
Keterbukaan Informasi  di UK Petra
Pembicara  : Drs. Rully D.
Moderator : Dian Sari
15.30 – 15.55
Diskusi dan Tanya Jawab
15.55 – 16.00
Penutup

2.         Rangkuman Smbutan Rektor
Pada 30 – 40 tahun yang lalu, informasi begitu langka. Mahasiswa harus mencari dari berbagai universitas lain untuk memperoleh informasu. Sering kali, dosen menutup-nutupi buku yang menjadi bahan mengajar. Mahasiswa harus mencari cara sendiri untuk mencari informasi, acuan, misalnya dengan melihat secara terbuka warna buku. Pada era informasi, bahan mengajar disampaikan secara terbuka sehingga mahasiswa dapat menemukan dengan mudah.
Saat ini, terjadi informasi, sampai terjadi polusi informasi, sehingga terkadang mahasiswa mencari matangnya saja. DI tengah membanjirnya informasi, dibutuhkan kejelian untuk mengevaluai informasi dan memilih informasi yang tepat.
Terima kasih kepada pihak-pihak penyelenggara dan selamat mengikuti seminar
3.         Rangkumamn Sambutan Focus Group FOI
Kebebasan publik untuk mendapatkan informasi, di satu pihak meningkatkan keiikutsertaan publik secara luas, mulai dari hal terkecil hingga keikutsertaan dalam proses pembangunan dan politik dalam skala luas. Di pihak lain, menjadi alat pengendali yang efektif bagi pihak penyelenggara negara untuk menjalankan tugas dan kewajiban secara terbuka dan bersih.
Di Indonesia, keterbukaan memeroleh informasi belum dapat berjalan dengan baik sehingga mendorong lahirnya koalisi kebebasan memperoleh informasi yang memperjuangkan KMIP sebagai UU. Dengan dukungan UNESCO, World Bank, British Council, perjuangan itu dan sosialisasinya terus dilakukan ke berbagai pihak. Advokasi dan sosialisasi memasuki teritori baru di dunia akademis dengan perpustakaan sebagai ujunng tombak penyimpanan dan penyebarluasan informasi. Peran serta masyarakat akademis diharapkan dapat memperkuat upaya sinergi yang sudah digalang untuk mendorong lahirnya UU KMIP di Indonesia.
4.         Rangkuman Makalah Sesi 1
Sejarah Perkembangan dan Perjalanan KMIP di Indonesia
(Handoko)
Koalisi KMI yang terbentuk pada November 2000 merupakan kumpulan lebih dari 30 organisasi yang terdiri dari LSM. Sejumlah LSM tersebut sejak lama berencana menhusulkan adanya RUU Kebebasan Memperoleh Informasi. Esensi RUU tersebut adalah prinsip transparansi dan akuntabilitas pejabat publik kepada masyarakatnya. Meskipun prinsip tentang kebebasan memperoleh informasi telah banyak dimuat dalan peraturan perundangan di Indonesia, perjuangan untuk mewujudkan kebebasan memperoleh informasi masih sangat sulit. Akhirnya, koalisi KMI berhasil menyusun RUU KMIP yang memuat sejumlah prinsip, yaitu sebagai berikut:
1.       Maksimum akses dan pengecualian terbatas
2.       Pengecualian diberlakukan berdasarkan consequential harm test dan balancing public interest test.
3.       Akses informasi meliputi akses horizontal dan vertikal
4.       Akses informasi haruslah murah, cepat, utuh, dan tepat waktu.
5.       Badan publik memiliki kewajiban untuk mengelola informasi dan memiliki sistem pelayanan publik yang baik
6.       Dalam meminta informasi, pemohon tidak perlu menyertakan alasan permintaan
7.       Penyelesaian sengketa informasi haruslah cepat, murah, kompeten dan independen melalui proses konsensual maupun ajudikatif
8.       Pihak-pihak yang menghambat akses informasi mendapatkan ancaman hukuman
Sejarah perjalan advokasi legislasi RUU KMIP
·         Maret 2002, diajukan ke badan legislasi DPR sebagai RUU KMI
·         Juli 2004, draf RUU KMI disahkan menjadi draf DPR dan pimpinan sepakat mengirimkan draf kepada presiden agar mengeluarkan Amanat Presiden guna menunjuk menteri yang mewakilinya dalam rapat pembahasan selanjutnya dengan DPR
·         Pemilu legislatif dan pemilu presiden tahun 2004. Proses terhenti dan selanjutnya terpilih anggota DPR yang baru, pemerintah (presiden) baru berakibat pada proses yang harus dimulai dari awal lagi.
·         Pertengahan 2005. Komisi I resmi menyampaikan RUU KMI sebagai RUU Inisiatif DPR
·         Oktober 2005, presiden resmi menunjuk menkominfo dan menkumham untuk mewakili presiden dalam rapat dengan DPR. Karena merupakan RUU Inisiatif DPR, pemerintah harus menyusun DIM (Daftar Inventarisasi Masalah) dengan mangacu pada draf yang diajukan DPR. Namun sampai saat ini DIM belum tersusun.
Tugas Kelompok
1.       Bergabunglah dengan beberapa temanmu dan identifikasikanlah pokok-pokok isi kaporan seminar di atas!
2.       Tulislah hasil identifikasimu secara sistematis / urut sehingga mudah dipahami
Melampirkan Notulen dan Daftar Hadir dalam Laporan Diskusi
Agar laporan suatu diskusi semakin dapat dipercaya serta dapat digunakan untuk kepentingan lebih luas, harus dilampirkan notulen dan daftar hadir peserta. Notulen berfungsi untuk:
1.       Dokumen tertulis yang sewaktu-waktu bisa dipergunakan lagi untuk kepentingan yang lain, misalnya sebagai sumber data yang dapat menjdai rujukan informasi
2.       Bukti otentik atas pendapat, usulan, pertanyaan dan sebagainya dari seseorang yang terucap atau terkatakan dalam diskusi
3.       Bukti kehadiran seseorang dalam pertemuan diskusi
Notulen berisi catatan atau rekaman tertulis tanya jawab yang terjadi selama proses diskusi berlangsung. Dalam catatan ini, ditulis pertanyaan yang diajukan serta identitas penanya dan uraian jawaban atau tanggapan yang diberikan. Pertanyaan dan jawaban tidak ditulis persis, tetapi cukup inti sarinya. Namun, harus hati-hati jangan sampai keliru menyarikannya. Selain itu, notulis juga mencatat kesimpulan atau rangkuman moderator atau pemimpin diskusi atas hasil diskusi.
Berikut ini contoh penggalan notulen tanya jawab yang berlangsung dalam seminar di atas. Simaklah baik-baik!
TANYA JAWABSESI 1 DAN 2
1.         Staf UnNus
Pertanyaan                     :     Apakah draf RUU KMIP yang telah disusun oleh koalisi KMIP tetap memberikan batasan jenis informasi yang dapat diakses?
Jawaban                          :     Draf RUU KMIP tetap memberikan batasan terhadap informasi yang bisa diakses secara terbuka.
2.         Robert (Soegijapranata)
Pertanyaan 1                 :     Apa tanggapan terhadap kontroversi penerbitan majalah Playboy?
Jawaban                          :     Kehadiran RUU KMIP tidak berarti bahwa segala jenis informasi bisa beredar di masyarakat secara terbuka. KMIP lebih bertujuan agar informasi yang bersifat dan menjadi milik publik dapat diakses oleh masyarakat secara mudah.
Pertanyaan 2                 :     Dokumen pemerintah biasanya merupakan rahasia negara, seperti Rencana Detail Tata Ruang Kota /RDTRK yang sulit sekali didapatkan. Bagaimana tanggapan pembicara seandainya RUU menjadi UU, bagaimana kesiapan aparatur negara menghadapi hal ini?
Jawaban                          :     Hal tersebut disebabkan ketidakkonsistenan UU yang melindungi sebuah dokumen negara. Sering kali terjadi sesuatu yang seharusnya dirahasiakan justru di buka, sedangkan sesuatu yang seharusnya perlu dibuka justru ditutupi. Harus ada pihak yang memiliki wewenang untuk menentukan kerahasiaan sebuha dokumen.
3.         Arnold (Ketua BEM UK UBAYA)
Pertanyaan 1                 :     Pada RUU KMIP disebutkan pemohon tidak perlu menyebutkan alasan perminataan informasi. Apda yang menjadi alasan koalisi menetapkan poin tersebut?
Jawaban                          :     Prinsip tersebut lahir dari pemikiran jika seseorang mminta data/informasi dengan menyebutkan alasan dikuatirkan justru akan dipakai untuk tidak mengabulkan permintaan , dan bisa juga dipakai sebagai sumber bisnis,
Pertanyaan 2                 :     Definisi informasi publik itu apa?
Jawaban                          :     Informasi publik adalah informasi yang dimiliki publik dan yang berhak diketahui oleh publik. Informasi publik yang dibahas di RUU KMIP lebih ditujukan pada informasi yang berhak diketahui oleh masyarakat untuk mengawasi jalannya penyelenggaraan negara
4.         Ita Purnama (Badan Arsip Surabaya)
Pertanyaan 1                 :     Negara mana yang warganya sudaj well-informed dan apa ciri-cirinya?
Jawaban                          :     Negara yang sudah well-informed (dalam bentuk UU KMIP), yaitu Jepang, Thailand dan negara yang sudah menerapkan dalam kehidupan sehari-hari walaupun belum memiliki UU KMIP, yaitu Singapura dan Cina, Indonesia sendiri belum memulai dan itu tergantung kesungguhan pemerintah dan aparat pemerintah untuk melakukannya. Ciri-ciri negara yang warganya well-informed adalah warga tahu apa yang dikerjakan oleh pemerintah sehingga mereka berhal untuk ikut mengambil keputusan dan mengawasi jalannya pemerintahan.
Pertanyaan 2                 :     Siapa yang berhak menentukan kerahasiaan sebuah dokumen?
Jawaban                          :     Lembaga Penyelesaian Sengketa Informasi
5.         Zulkifli ( Dosen DKV, Kajian Seni UGM)
Pertanyaan                     :     Informasi kejadian di daerah sering kali terlambat diterima pejabat atau lembaga yang seharusnya tahu, karena ketidakjelasan saluran informasi sehingga warga kebingungan harus ke mana meminta atau memberikan informasi. Bagaimana RUU KMIP mengakomodasi kepentingan ini?
Jawaban                          :     RUU KMIP mengakomodasi kepentingan tersebut karena sesuatu yang tidak diminta bukan berarti tidak perlu
Uji Kompetensi
1.       Berkoordinasi dengan bidang kesiswaan, selenggarakanlah sebuah seminar sekolah. Angkatlah topik-topik yang berkenaan dengan masalah komunikasi dan media massa. Undanglah seorang pakar yang berkompeten pada topik yang dibahas.
2.       Bila tidak memungkinkan, gelarlah semulasi seminar. Tunjuklah beberapa temanmu untuk menjadi narasumber /pembicara dan moderator. Untuk formalitas, mintalah guru untuk memberikan sambutan dalam acara tersebut.
3.       Ikutilah simulasi seminar tersebut dengan cermat dan tuntas. Posisikan dirimu sebagai notulis.
4.       Buatlah laporan atas simulasi seminar tersebut dengan bahasa yang efektif dan sistematika yang benar
5.       Lampirkan notulen tanya jawab dan daftar hadir peserta
6.       Ketik atau tulis tangan dengan rapi laporan tersebut dan kumpulkan!
Uji Teori
1.       Apakah yang dimaksud dengan notulis?
2.       Apakah yang dimaksud dengan notulen?
3.       Mengapa notulen harus dibuat?
4.       Haruskah dalam setiap rapat ada notulis?
5.       Sebutkan pokok-pokok isi yang harus ditulis dalam sebuah laporan seminar!
C.  MENDENGARKAN
Membaca Penggalan Novel dengan Memperhatikan Vokal, Intonasi, dan Penghayatan
Umumnya, orang membaca novel lebih untuk dinikmati isi ceritanya, menangkap pesan, dan mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Untuk tujuan ini, tidak dipersoalkan cara membacanya, tetapi yang penting pemahamannya. Saat ini, membaca novel untuk memahami isinya, tetapi juga untuk menikmati keindahan bahasanya.
Text Box: Kemudian, ia merasa kasihan kepada ikan besar yang tak punya apa pun untuk dimakan itu dan tekadnya untuk membunuhnya tak pernah kendor karena rasa kasihannya itu. Berapa banyak orang yang akan memakan dagingnya nanti, pikirnya. Tetapi apakah mereka berhak memakannya? Tidak, tentu saja tidak. Tingkah serta harga dirinya terlalu tinggi bagi mereka dan tak seorang pun berhak memakannya.
Aku tak paham semua ini, pikirnya. Kita beruntung bahwa tudak harus mencoba membunuh matahari atau bulan atau bintang-bintang. Cukuplah hidup di laut dan membunuh saudara-saudara kita yang sejati.
(Terj. Sapardi Djoko damono, Pustaka Jaya. Hlm. 57)
Selama ini, novel lebih dipandang sebagai karya prosa dan prosa ditempatkan sebagai lawan dari puisi. Konsep ini harus diluruskan bahwa prosa bukan lawan dari puisi. Perlu disadari bahwa banyak novel, di dalamnya juga terdapat puisi. Selain itu, banyak novel yang kata-katanya sangat indah, puitis, dengan pilihan kata dan gaya bahasa yang menawan. Perhatikan kata-kata dalam penggalan novel “Lelaki Tua dan Laut” karya Ernest hemingway, berikut.







Sayang sekali jika orang membaca novel tersebut hanya untuk memahami isi ceritanya. Semestinya,novel tersebut harus dinikmati juga keindahan kata0katanya. Namun, untuk bisa dinikmati, kita harus tahu bagaimana cara membacakannya sehingga keindahannya itu benar-banar   terasa.
Seperti halnya puisi, teks novel pun dapat dibaca dengan indah. Untuk itu, pembaca harus memperhatikan aspek suara, intonasi dan penghayatannya.
Tugas Kelompok
1.       Bentuklah kelompok beranggotakan 4 – 6 siswa
2.       Secara bergantian, bacalah kutipan novel Lelaki Tua dan Laut. Bacalah dengan memperhatikan vokal, intonasi, dan penghayatan.
3.       Mintalah kepada teman-teman sekelompok untuk memberi komentar atas penampilanmu
4.       Berdasarkan masukan teman-temanmu, lakukan latihan beberapa kali lagi sampai kemampuanmu lebih baik.
Masalah yang seringa muncul berkaitan dengan vokal, yaitu suara terlalu pelan dan tidak bertenaga atau kebalikannya, suara terlalu keras seperti berteriak, tetapi tidak jelas apa yang diucapkan. Suara yang baik bukan yang keras, tetapi jelas. Selain ditentukan oleh keras lemahnya suara, kejelasan itu juga ditentukan oleh tempo, artikulasi dan intonasi
Intonasi sangat menentukan dalam menciptakan keindahan bunyi. Intonasi yang dilakukan dengan tepat akan menghasilkan irama atau lagu kalimat. Intonasi dicapai melalui pergantian secara variatif antara suara keras dan suara lembut, suara rendah dan suara tinggi, suara panjang dan suara pendek. Untuk itu, pembaca harus tahu. Pada bagian mana kata0kata diucapkan dengan suara keras, tinggi, panjang serta bagian mana harus diucapkan dengan suara lembut, rendah, dan pendek.
Penghayatan juuga merupakan faktor yang penting utnuk diperhatikan pembaca. Penghayatan merupakan hasil interpretasi dan peresapan pembaca atas suasana cerita serta karakteristik tokoh. Hasil penjiwaan itu harus terpantul pada ekspresi. Antara isi cerita dengan ekspresi harus selaras.
Menanggapi Pembacaan Penggalan Novel dari Segi Vokal, Intonasi, dan Pengahayatan
Untuk mengetahui apakah seseorang sudah cukup baik dalam membacakan penggalan novel, harus ada umpan balik atau tanggapan dari pendengar. Tanggapan itu dapat berupa pernyataan ungkapan kepuasan, kekecewaan, kritikan, pujian, saran, harapan, dan lain sebagainya. Oleh karena hal berkaitan dengan kompetensi membaca kutipan novel untuk mengungkap keindahan bahasanya, tanggapan tersebut harus diarahkan pada teknik membacanya, khususnya pada aspek vokal, intonasi dan pengahayatan seperti dijelaskan di atas. Apa pun isi tanggapannya, harus dikemukakan denganbahasa yang santun, efektif, dan komunikatif.
Tugas Kelompok
1.       Bergabunglah kembali dengan  kelompokmu! Pilihlah 3 anggota kelompokmu yang kemampuan membaca novelnya paling bagus!
2.       Secara bergantian, perwakilan kelompok (3 siswa) maju untuk membacakan kutipan penggalan novel berikut. Sebelum dibaca, berdiskusilah terlebih dahulu untuk memahami isi atau maksud ceritanya.
DUA SILUET YANG BERANGKULAN
Pembaca 1
Inilah kota tempat engkau bisa menjadi orang dikenal tanpa perlu terkenal. Selebriti lokal, begitu kata mereka. Kota ini bagaikan planet mungil yang membulati seluruh hidupmu. Kenangan taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi dapat kau kitari hanya dengan 30 menit berkendara. Dan sekalipun waktu telah membentangkan puluhan tahun sebagai jarak, tebaran wajah dan tempat itu mencuat laksana pembatas buku. Setiap kali mengecek jejak akan siapa dirimu tak pernah hilang.
Inilah kota dengan prasarana yang berkembang frantik dengan pola carut marut. Sebagai penyeimbang, dianugerahkanlah kantong-kantong pergaulan yang berkemmbang teratur dan terpola cantik laksana sarang laba-laba. Orang-orang lama, orang-orang baru, orang-orang yang akan datang, terjalin rapi olrh benang-benang tak terlihat namun dapat dirunut begitu engkau menjejak di atasnya. Cukup satu untuk tahu semua, begitu kata mereka lagi. Dan engkau tak pernah tahu pertemuan mana yang akan membawamu ke manusia kunci seperti itu. Selebriti lokal. Manusia yang akan membuka gerbang terhadap sejaring selebriti lain. Sampai satu saat, disadari atau tidak, kau bertransformasi menjadi salah satu dari mereka. Lain halnya dengan manusia kunci ini, yang diam-diam atau blak-blakan selalu menyadari posisinya dan gerbang mana yang mereka jaga.\
Demikianlah gambaran kota Bandung dalam kepala Elektra. Lama ia mengembang sebagai partikel radikal yang berkeliaran sendiri tanpa inang. Sebuah kondisi yang mirip dengan hidup di alam barzah, eksistensimu hanyalah bayangan dari entitas ad infinitum bernama penantian. Dan Elektra telah cukup lama menanti. Kota berbentuk tempurung yang dulu menangkup baginya, menjadikan ia si katak yang dimaksud dalam peribahasa, akhirnya mambalik juga. Begitu cepat hingga penyeberangan ekstremnya dari kulit terluar menuju jantung pergaulan meninggalkan memori kuat akan perbedaan antar kedua alam itu. Ia menyedari betul inisiasinya. Ia tahu siapa manusia kuncinya. Ia ingat semua.
Rasa kagum pada manusia kuncinua. Mpret, taj pernah surut. Elektra kagum padakecepatannya melebarkan jaring, kagum pada heterogenitas manusia yang berhasil dirangkai benang-benang translusennya. Selalu saja ada wajah baru dari berbagai kategori. Mengklasifikasi teman-teman Mpret menjadi aktivitas otak yang menyenangkan. Brain gym, begitu ia mengistilahkan, tanpa mau menjabarkan lebih lanjut faedah nyata apa yang bisa didapat, dan apakah otaknya betulan senam seperti kala mencongkak pakai metoda simpoa. Elektra suka kegiatan-kegiatan remeh seperti itu. Sesuatu yang nyaris menjadi profesi saat ia masih gentayangan di nisi antah berantah kehidupan sosial.
Sesosok wajah baru hadir malam ini. Elektra segera tahu karena posisi kursi kasir tempat ia duduk tusuk sate dengan pintu. Laki-laki itu masuk ke dalam warnet tapi tidak menunjukkan ketertarikan pada komputer. Ia celingak-celinguk mencari yang lain. Dua kali mata itu singgah pada Elektra tapi baru yang ketiga kali ia bertanya, “Mpret ada?”
Pembaca 2
Elektra langsung menjalankan scanning. Rambut kusam, model cepak, ujung-ujung ditegakkan seperti punggung stegosaurus, cat pirang meluntur. Kulit gosong diterpa ultraviolet dosis tinggi. Baju tumpuk tiga: kaos lengan panjang, kaos lengan pendek, jaket kulit. Jins menggantung semata kaki, mempertontonkan sepatu bot tentara yang sudah dadas di sana sini. Ransel bahan parasit penuh emblem. Aksesori rantai di leher, gelang paku-paku di pergelangan. Lima tindikan di wajah. Terdapat bolongan besar di kuping yang diisi kerang berbentuk kerucut. DI sudut mulutnya menggantung sedotan plastik penuh cap gigi yang mengkilap oleh ludah.
nput semua data tadi lantas mengahasilkan kesimpulan sebagai berikut: anak punk => bukan klien => bukan anak warnet => bukan teman nongkrong => non-Bandung. Kesimpulan: teman lama banget/teman baru banget/calon rekan bisnis. Namun Elektra censerung mengeliminasi kemungkinan terakhir. Kalau bukan teman lama, pasti teman gres. Bukan dari Bandung, karena kalau iya, dia sudah pasti sudah nongol setidaknya sekali dalam dua tahun terakhir ini. Mpret tidak pernah kehilangan kontak dengan semua temannya, kecuali kalau ia memilih demikian.
“Ada di belakang. Saya panggil dulu ya,” jawab Elektra sambil berdiri, Sori, namanya siapa?”
“Bong.”
Bong. Bong. Bong. Elektra mengulang-ulang nama itu dalam hati. Nama yang tidak biasa. Mirip dengan Mpret. Satu kata tapi hadir. Mungkin Bong merupakan versi pendek dari Bongky. Atau Bongkar. Bukannya tidak mungkin, baru minggu lalu ia berkenalan dengan anak baru gede bernama Bento yang berayahkan seorang fans fanatik Iwan Fals. Dengan sungguh-sungguh Mpret menyarankan pada anak itu untuk tidak pernah menginjakkan kaki  ke Jepang, karena di sana yang bernama bento bentuknya kotak dan Cuma untuk dijejali makanan.
Tamu nyentrik itu juga tidak menunggu sebagaimana layaknya prosedur konvensional orang bertamu. Tanpa sungkan, ia menguntit Elektra dari belakang. Santai melenggang sembari menyanyi bergumam. Sesekali Elektra mendelik ke belakang, seolah ingin mengibas nyamuk yang bergengung di kuping. Namun orang itu tampak rileks seperti di rumah sendiri tanpa disuruh.
Pembaca 3
Langkah Elektra terhenti si depan satu pintu kamar. Ada kebisingan dari dalam sana yang memberontak ingin keluar tetapi diredam seperti duri bandeng dijinakkan dalam mesin presto. Sepotong kaca jendela yang tertutup rapat bergetar-getar akibat dentuman bas yang menggebu. Mengetuj tidak akan memberi dampak apa-apa.
“Mpret.... Mpret...” Elektra memanggil sambil menggedor pintu. Beberapa kali ia mengulang tapi tidak ada efek. Segugus lengan tahu-tahu muncul dari belakang, melayang tepat di kepalanya lalu ikutan menggedor.
“PRETI HOI!”
Dua kata tapi efektif. Bong punya gelegar dalam suaranya yang sanggup berkompetisi dengan gaduh di dalam sana. Tak lama, kegaduhan itu hilang dan gagang ppintu itu bergerak.
“BONG!”
“FRET!”
“BONG!”
“FRET!”
Bongpret. Bongpret. Tempe bongpret. Elektra mengulang-ulang dalam kepalanya sambil menontoni dua laki-laki itu berbalasan meneriakkan nama satu sama lain seolah-olah tidak yakin akan identitas masing-masing. Mereka berangkulan akrab, saling tepuk bahu, saling tepuk muka. Berusaha terus meyakinkan diri.
“Etra, kenalin, ini Bong. Sepupu gua,” Mpret berkata setelah pipinya memerah kena tepukan berkali-kali.
Elektra termangu. Ini kategori yang belum pernah ada sebelumnya. Baru kali ini ia bertemu seseorang yang punya hubungan darah dengan Mpret. Terkadang ia lupa bahwa Mpret lahir ke dunia dari sebuah keluarga, bukan turun dari langit atau tumbuh dari tanah. Dan tanpa analisa lebih lanjut, dapat disimpulkan kalau Bong berasal dari belahan keluarga Mpret yang Jawa. Bukan yang Italia.
Pembaca 4
“Hai, Saya Elektra.”
“Oh, ini yang namanya Elektra?” Bong menjabat tangannya mantap.
Sebuah kejutan lagi baginya. Kalimat Bong menyiratkan adanya proses praperkenalan. Elektra pun bertanya-tanya, kapan itu terjadi dan apa saja yang dibilang Mpret  tentangnya.
“Sebelas tahun gua sama dia nggak ketemu. Sebelas!” seru Mpret sambil mengacungkan kedua telunjuknya.
Bong terkekeh, menampangkan sederet gigi berantakan yang keropos satu-dua.
“Desertir keluarga. Sama juga kayak dia, Cuma gue merintis lebih awal.”
“Gimana caranya kalian bisa ketemu lagi?” tanya Elektra penasaran. Siap senam otak dengan merunut jejaring yang membuahkan pertemuan dramatis ini. Bong menjawab ringan, “Frendster.”
Yang itu bukan kejutan, kendati cukup membuat Elektra terenyak. Bukti konkrit bahwa mereka sungguhan hidup di era milenium, terminologi favorit sahabatnya, Kewoy. Yang lain sudah pada muak dengan istilah yang mengusang akibat pemakaian berlebihan sejak tahun 2000 itu, tapi tak ada yang bisa menghindari kenyataan yang diungkapkannya. Sepasang sepupu yang terpisah sebelas tahun menemukan keberadaan masing-masing lewat Friendster. Jaring laba-laba elektrokik yang mencoba membungkus dunia. Elektra ingat, Mpret baru join di Friendster sebulanan yang lalu. Itupun karena didaftarkan paksa. Aneh memang, apalagi untuk macan internet seperti Mpret, tapi ia punya alasan sendiri.
Waktu browse pertama kali, Mpret menganggap Friendster hanya berguna bagi orang-orang kesepian yang kekurangan teman tapi kelebihan waktu. Teman-temannya termasuk Elektra, langsung protes. Mereka lantas memamerkan halaman Friendster-nya masing-masing yang langsung dibalas tawa terbahak-bahak oleh Mpret. Ia merasa salah menyimpulkan, ternyata Friendster juga berguna bagi orang-orang yang cukup teman tapi tidak percaya diri karena butuh rekonfirmasi. Lihat tub, kata Mpret waktu itu, isinya kalin-kalian lagi, yang kalau mau ketemu tinggal nongolin kepala, yang kalau mau ngomong tinggal teriak, itu sama gobloknya dengan gua bicara sama si Kewoy pake hp padahal dia di depan hidung. Mereka lantas teringat pada malam sebelumnya saling berseru dari sekat komputer masing-masing, add saya, dong!. Saat itu juga diputuskanlah untuk berhenti meyakinkan Mpret. Namun hari ini, kondisi itu berbalik. Mpret menjadi orang-orang yang kehilangan sepupu.
Semalan suntuk kedua kerabat itu bertukar cderita demi mengejar ketinggalan satu dekade. Sayup-sayup suara mereka merambati udara dini hari yang dingin. Bong, di anak Jakarta, menyebut diri “gue”, Mpret, si anak Bandung, menyebut diri “gua”.
......
Mereka memang sama, hanya masalah waktu dancara.
Uji Kompetensi
1.       Setelah selesai setiap anggota kelompok harus memberikan tanggapan atau ulasan atas penampilan wakil kelompok lain. Tanggapan harus ditanggapi kembali oleh kelompok bersangkutan.
2.       Hal ini dilakukan terus hingga wakil setiap kelompok tampil di depan dan seluruh siswa mendapat kesempatan untuk menyampaikan tanggapan
3.       Guru akan mengamati dan mencatat siswa yang rajin memberi tanggapan dan bobot cukup jelas.
Berikut beberapa pertanyaan panduan untuk mengutarakan tanggapan.
a)      Apakah suara sudah terdengar cukup jelas?
b)      Apakah pungtuasi atau tanda baca sudah diucapkan dengan intonasi yang tepat?
c)       Apakah pemenggalan atau pengelompokan frase sudah dilakukan dengan tepat sehingga makna tidak rusak?
d)      Apakah suara sudah menggunakan intonasi secara bervariasi atau cenderung monoton?
e)      Apakah sudah melakukan penjiwaan atau penghayatan dengan pas?
f)       Apakah semua kata diucapkan dengan pelafalan yang benar?
g)      Bagaimana kecepatan membacanya, apakah sudah pas?
Uji Teori
1.       Apa perbedaan prosa dan puisi?
2.       Aspek apa yang harus diperhatikan saat membacakan novel?
3.       Menurut bentuknya, termasuk dalam kategori manakan novel itu? Mengapa demikian?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar