TUJUAN
PEMBELAJARAN
1.
Menyampaikan intisari buku
nonfiksi dengan menggunakan bahasa yang efektif dalam diskusi
2.
Menulis laporan diskusi dengan
melampirkan notulen dan daftar hadir
3.
Menanggapi pembacaan penggalan
novel dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan.
BERBICARA
Menyampaikan
Intisari Buku Nonfiksi dengan Menggunakan Bahasa yang Efektif dalam Diskusi
Di masyarakat, kini muncul kelompok-kelompok pencinta buku. Anggotanya
bisa berasal dari komunitas tertentu atau umum tanpa membatasi latar belakangnya.
Secara berkala, para anggotanya bertemu di suatu tempat untuk mendiskusikan
buku-buku tertentu. Biasanya, yang dibedah itu merupakan buku-buku berkualitas
tinggi, laris, dan sedang dalam perbincangan masyarakat. Mereka berkumpul bukan
semata-mata karena ada kesamaan hobi atau minat, tetapi lebih didorong oleh
kebutuhan untuk mendapatkan informasi dari buku yang dibacanya itu secara tepat
dan maksimal. Mereka menyadari bahwa dengan saling membagi pengalaman dan
pengetahuan akan buku yang dibacanya, informasi yang diperoleh akan lebih kaya
dan jernih karena sudah disaring dari banyak narasumber. Kesalahpahaman yang
mungkin terjadi bila dibaca sendiri, akan terminimalisasi melalui cara ini.
Biasanya, buku yang didiskusikan adalah buku-buku yang tebal, bahasanya cukup
berat atau sulit dipahami, dan permasalahan atau cerita yang disajikan
kompleks.
Buku jenis apa yang sering kamu baca? Apa manfaat yang kamu peroleh
dari membaca? Buku sering diibaratkan jendela dunia. Tanpa harus meninggalkan
tempat, seseorang bisa berkelana mengunjungi sudut-sudut dunia untuk melihat
berbagai keindahan yang ada di dalamnya. Dengan membaca buku, pengetahuan dan
wawasan pembaca akan semakin luas.
Ada bermacam-macam jenis buku. Berdasarkan isinya, buku digolongkan
menjdai 2 kelompok, yaitu fiksi dan nonfiksi. Buku fiksi adalah buku yang
dikarang berdasarkan hasil imajinasi atau khayalan (fiction) sang penulis. Isinya tidak dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah atau keilmuan. Isinya lebih mengedepankan unsur perasaan seni
yang bersifat relatif daripada unsur rasional atau logika yang bersifat
definitif. Buku-buku karya sastra seperti novel/roman, antologi cerpen/puisi,
kumpulan dongeng atau cerita rakyat termasuk dalam golongan jenis ini.
Buku-buku yang tidak termasuk dalam jenis buku fiksi seperti dijelaskan
di atas, disebut buku nonfiksi. Buku ini berdasarkan pengalaman (empiris),
hasil observasi, hasil analisa penulis terhadap berbagai peristiwa, keadaan,
atau fenomena yang terjadi dalam
kehidupan nyata. Buku ini dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan atau
logika karena disusun melalui proses kerja ilmiah. Jika buku fiksi lebih
menawarkan aspek estetika yang menghibur atau mendatangkan kepuasan tertentu,
buku nonfiksi menawarkan informasi-informasi pengetahuan faktual yang dapat
memperluas cakrawala pengetahuan kita.
Membaca buku nonfiksi relatif lebih berat dan membosankan dibandingkan
membaca buku fiksi. Pada mulanya, siswa umumnya membaca karena tuntutan
pelajaran sekolah. Namun setelah dewasa, orang membaca buku karena kebutuhan
informasi untuk berhubungan dengan pengembangan hobi, bakat, atau profesi yang
ditekuninya.
Tugas Kelompok
1. Bentuklah kelompok beranggotakan 5 – 8 anak. Berundinglah untuk
menentukan buku nonfiksi yang akan dibaca dan didiskusikan.
2. Di rumah, bacalah secara intensif buku yang telah disepakati atau
ditentukan oleh kelompok. Tentukanlah berapa waktu yang disediakan untuk
menyelesaikan membacanya.
3. Bagilah tugas kepada setiap anggota kelompok untuk membuat ringkasan
inti sari buku. Satu anggota cukup mendapat jatah 1 bab. Jika babnya sedikit,
sementara anggota kelompoknya banyak, bagilah per subbab atau menurut jumlah
halaman.
4. Tulis tangan atau ketiklah ringkasan inti sari buku tersebut secara
rapi untuk dibawa pada pertemuan
berikutnya.
Berkaitan dengan kegiatan meringkas ada beberapa istilah yang secara
umum atau luas mengacu pada pengertian yang sama, tetapi masing-masing memiliki
tekanan dan tujuan yang berbeda. Seperti pernah kita dengar, ada istilah
ringkasan (precis), ikhtisar, abstraksi, sinopsis, dan resume.
Meringkas pada hakikatnya adalah tindakan membuat sesuatu yang luas,
besarm panjang, banyak makan tempat menjadi sesuatu yang sempit, mungil,
pendek, dan hemat tempat. Meringkas dilakukan dengan memangkas bagian-bagian,
penjelasan, rincian, ilustrasi dengan mempertahankan atau membiarkan struktur
pokoknya. Dalam meringkas sebuag karangan, gaya tuturan, kerangka pikiran, pendekatan, dan sudut pandang
penulis dijaga keasliannya. Dalam meringkas, tidak dibenarkan perngkas memulai
tulisannya dengan mengatakan, “Dalam buku ini pengarang mengatakan....”.
Panjang ringkasan yang ideal harus proposional atau sebanding dengan
bagian-bagian karangan aslinya. Sebagai contoh, karangan asli terdiri atas 100
halaman 10 bab, ringkasannya menjadi 10 halaman 10 paragraf.
Dengan uraian di atas, dapat disimpulkan ringkasan harus bersifat
runtut, deduktif (umum ke khusus/penting ke kurang penting), proposional, dan
mempertahankan sifat-sifat asli pengarang.
Langkah-langkah membuat ringkasan:
1. Penulis membaca secara intensif naskah asli. Jika perlu dilakukan
beberapa kali untuk memahami isinya
2. Penulis mengidentifikasi, menandai, dan mencatat gagasan utama, ide-ide
penting yang ada dalam teks
3. Penulis menyusun reproduksi karangan asli menjadi karangan baru yang jauh
lebih singkat. Langkah ini dilakukan dengan menyusun atau merangkai gagasan
pokok yang telah diidektifikasi
4. Penulis memeriksa dan mengedit untuk merapikan bahasa karangan
ringkasan yang telah dihasilkan
Tugas Mandiri
1. Bacalah kutipan buku berikut ini!
Judul Buku : SPEAK OUT:
Panduan Praktis dan Jitu Memasuki Dunia Broadcasting dan Public Speaking
Pengarang : Teddy Resmisari
Pane
Penerbit : PT
Gramedia
Tahun terbit : 2004
Jml. Halaman : 146
Kutipan halaman 1 – 2
I.
KOMUNIKASI ELEKTRONIK
Ini adalah buku tentang komunikasi antarmanusia, yang difokuskan pada
media elektronik radio dan televisi. DI rancang untuk menolong Anda menjadi
komunikator yang lebih efektif. Disebabkan oleh perkembangan pesat komunikasi
elektronik (electronic communication), memperlajari pokok-pokok permasalahannya
sangatlah bermanfaat untuk Anda. Tanpa mengindahkan apakah Anda bermaksud
mengisi waktu Anda dengan berkarier di dunia broadcasting. Memperlajari
komunikasi elektronik, maka radio dan television announcing adalah bagian yang
terpenting.
Oleh karena itu, buku ini mendiskusikan
announcing sebagai sebuah profesi, membahas baik dari segi teknis maupun
aspek-aspek penampilan (performance).
Katakanlah, apakah Anda bermaksud menjadi seorang penyiar atau pun
tidak, pelajaran Anda tentang hal ini sangat bermanfaat. Lebih spesifik lagi,
apabila Anda praktekkan dalam tugas atau pekerjaan Anda, Anda akan merasakan
peningkatan dengan pesat keahlian Anda dalam berbicara jelas dengan artikulasi
yang baik dan mengucapkan kata-kata dengan benar, serta banyak lagi manfaat
lain yang erat kaitannya dengan announcing.
Mempergunakan radio tape recorder dan video tape recorder sebagai
sarana berlatih secara reguler akan memberi peluang bagi Anda untuk
meningkatkan kemampuan diri. Pada masa-masa sebelum ada tape recorder, tidak
ada cara lain yang memuaskan Anda untuk menilai diri secara objektif.
Disc recording and motion picture dapat juga membantu, tetapi kedua
sarana ini sangat mahal dan memerlukan waktu proses yang lama. Lebih jauh lagi,
film tidak dapat memberikan umpan balik (feed back) dengan segera. Di samping
biayanya mahal, film cenderung mengintimidasi penampilan. Audio dan video
recorder tidak mahal, mudah tersedia, dapat dioperasikan dengan biaya rendah,
dan memiliki keunggulan atau keuntungan lain. Kesalahan-kesalahan dapat dihapus
dengan mudah.
Tape recorder memberi banyak kesempatan kepada siapapun yang belajar
announcing untuk mendengar suara dan melihat wajah mereka sendiri. Pastilah
setiap mata kuliah broadcasting di perguruan tinggi memiliki alat-alat ini dan
mempergunakannya sebagai alat bantu untuk mata pelajaran radio and television
announcing.
Setelah melihat wajah dan mendengar suara Anda sendiri yang direkam dan
melakukannya selama satu periode dalam beberapa minggu. Anda dapat mencatat dan
mengoreksi cara berbicara yang salah. Suara yang kurang baik, gaya penampilan
yang aneh dan ganjil, dan sebagainya. Semuanya ini membuat Anda kecewa. Oleh
karena itu, untuk menyesuaikan dari meningkatnya, Anda harus menambah
kayakinan. Hal ini akan menjamin peningkatan penampilan Anda selanjutnya.
2. Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, buatlah ringkasan atas isi
buku tersebut. Panjang ringkasan 1 paragraf terdiri atas 8 – 10 baris
3. Tulislah di buku tugasmu. Setelah selesai tukarkan dengan teman
sebangku dan saling periksalah dengan teliti. Coretlah bagian-bagian ringkasan
yang menurutmu tidak perlu ditulis, atau sebaliknya
sisipkan bagian buku yang seharusnya dituliskan.
4. Perbaikilah ringkasanmu berdasarkan koreksian dan masukan teman sebangkumu!
UJI kOMPETENSI
1. Begabunglah kembali dengan kelompok kalin. Tunjuklah salah seorang
temanmu menjadi moderator dan seorang menjadi notulen.
2. Secara bergantian menurut arahan moderator, setiap anggota menyampaikan
ringkasan atau inti sari buku yang telah dipersiapkan dan menjadi tugasnya.
3. Sampaikanlah pula hal-hal menarik dan perlu dikomentari dari bagian
buku yang diringkas isinya itu
4. Setelah semua menyampaikan inti sarinya, berdiskusilah untuk semakin
memperjelas pemahaman isi buku tersebut.
5. Setiap anggota menyampaikan komentar atau tanggapan atas presentasi
anggota yang lain, Ajukan pertanyaan apabila ada hal yang belum jelas kepada
anggota yang bertanggung jawab pada bab buku di mana persoalan tersebut
dibahas.
6. Kemukakan semua hal tersebut dengan bahasa yang efektif, ekspresif, dan
komunikatif.
7. Notulis mencatat inti sari semua arus pembicaraan yang muncul dengan
sistematis.
8. Kumpulkan notulen hasil diskusi. Jangan lupa tuliskan nama anggota
kelompok dan data publikasi buku yang didiskusikan.
UJI TEORI
1. Apakah yang maksud buku fiksi/ sebutkan contoh yang pernah kamu baca!
2. Apakah yang dimaksud buku nonfiksi?
3. Sebutkan macam-macam jenis buku nonfiksi!
4. Apa keuntungan atau manfaat dari
kegiatan mendiskusikan buku?
5. Apa maksudnya buku sebagai jendela dunia?
6. Bagaimana langkah-langkah mengarang?
7. Bagaimanakah sifat0saifata ringkasan yang harus diperhatikan?
8. Sebutkan beberapa jenis bentuk karangan yang sering tumpang tindih
pengertianya dengan ringkasan (precis)?
B. MENULIS
Menulis Laporan Diskusi dengan melampirkan notulen dan
daftar hadir.
Kegiatan diskusi dilakukan dengan berbagai motivasi dan tujuan. Ada
sekelompok masyarakat yang berdiskusi atas inisiatif sendiri. Di sisi lain
banyak institusi pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat menggelar seminar
untuk membelanjakan anggaran yang telah disetujui. Sementara itu, siswa di
sekolah berdiskusi karena ditugaskan oleh guru untuk memecahkan masalah. Yang
diberikan. Dalam diskusi independen yang berangkat dari kemauan sendiri dan
untuk kepentingan sendiri, tidak perlu ada laporan. Namun yang laksanakan
karena suatu mandat, pesan sponsor, atau berkepentingan dengan pihak lain, maka
harus dibuat laporannya. Laporan itu dibuat dan disampaikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan dengan hasil diskusi.
Untuk membuat laporan itu, dalam kegiatan diskusi, selain ketua atau
moderator, harus ada seseorang yang bertugas sebagai notulis. Bentuk laporan
diskusi bermacam-macam. Akan tetapi, bagaimanapun wujudnya ada pokok-pokok yang
harus disampaikan.
Berikut ini adalah contoh laporan diskusi.
Laporan Seminar Kebebasan Memperoleh Informasi Publik
Universitas Nusantara Surabaya, 15 Januari 2011
1.
Susunan Acara
08.30 – 09.00
|
Morning
coffee & registrasi ulang
|
09.15 – 09 30
|
Pembukaan
Sambutan
Rektor UNNUS: Bpk. Haryadi, M. Eng., M. Sc.
Sambutan
Wakil FOI: Ibu Arianti (UNESCO)
Penyerahan
kenang-kenangan kepada:
·
British Councul (Ibu Wulandari)
·
Univ. Bina Nusantara ( Dra.
Margaretha, M. Lib)
·
Koalisi KMIP (Bpk. Handoko)
·
World Bank diwakili oleh Bpk
Wiryawan
|
09.30 – 10.15
|
Sejarah
Perkembangan dan Perjalanan KMIP di Indonesia
Pembicara : Bpk Sukoto, S. H.
Moderator
: Dian Sari
|
10.15 - 11.00
|
Peranan
Kepustakawanan Indonesia dalam Meperoleh Informasi
Pembicara : Raditya, Ph. D.
Moderator
: Dian Sari
|
11.00 – 12.00
|
Diskusi
dan Tanya Jawab Sesi 1 dan 2
|
12.00 – 13.30
|
Makan
siang (Ditawarkan Library Tour bagi yang berminat)
|
13.30 – 14.15
|
Efek
transformasi dari informasi tersembunyi: Pelajaran dari sejarah
Pembicara : Drs. Hermawan
Moderator
: Dwi Kusuma, M. S.
|
14.15 – 14.45
|
Tanya
Jawab
|
14.45 – 15.30
|
Keterbukaan
Informasi di UK Petra
Pembicara : Drs. Rully D.
Moderator
: Dian Sari
|
15.30 – 15.55
|
Diskusi
dan Tanya Jawab
|
15.55 – 16.00
|
Penutup
|
2.
Rangkuman Smbutan Rektor
Pada 30 – 40 tahun yang lalu, informasi begitu langka. Mahasiswa harus
mencari dari berbagai universitas lain untuk memperoleh informasu. Sering kali,
dosen menutup-nutupi buku yang menjadi bahan mengajar. Mahasiswa harus mencari
cara sendiri untuk mencari informasi, acuan, misalnya dengan melihat secara
terbuka warna buku. Pada era informasi, bahan mengajar disampaikan secara
terbuka sehingga mahasiswa dapat menemukan dengan mudah.
Saat ini, terjadi informasi, sampai terjadi polusi informasi, sehingga
terkadang mahasiswa mencari matangnya saja. DI tengah membanjirnya informasi,
dibutuhkan kejelian untuk mengevaluai informasi dan memilih informasi yang
tepat.
Terima kasih kepada pihak-pihak penyelenggara dan selamat mengikuti
seminar
3.
Rangkumamn Sambutan Focus Group FOI
Kebebasan publik untuk mendapatkan informasi, di satu pihak
meningkatkan keiikutsertaan publik secara luas, mulai dari hal terkecil hingga
keikutsertaan dalam proses pembangunan dan politik dalam skala luas. Di pihak
lain, menjadi alat pengendali yang efektif bagi pihak penyelenggara negara
untuk menjalankan tugas dan kewajiban secara terbuka dan bersih.
Di Indonesia, keterbukaan memeroleh informasi belum dapat berjalan
dengan baik sehingga mendorong lahirnya koalisi kebebasan memperoleh informasi yang
memperjuangkan KMIP sebagai UU. Dengan dukungan UNESCO, World Bank, British
Council, perjuangan itu dan sosialisasinya terus dilakukan ke berbagai pihak.
Advokasi dan sosialisasi memasuki teritori baru di dunia akademis dengan
perpustakaan sebagai ujunng tombak penyimpanan dan penyebarluasan informasi.
Peran serta masyarakat akademis diharapkan dapat memperkuat upaya sinergi yang
sudah digalang untuk mendorong lahirnya UU KMIP di Indonesia.
4.
Rangkuman Makalah Sesi 1
Sejarah Perkembangan dan Perjalanan KMIP di Indonesia
(Handoko)
Koalisi KMI yang terbentuk pada November 2000 merupakan kumpulan lebih
dari 30 organisasi yang terdiri dari LSM. Sejumlah LSM tersebut sejak lama
berencana menhusulkan adanya RUU Kebebasan Memperoleh Informasi. Esensi RUU
tersebut adalah prinsip transparansi dan akuntabilitas pejabat publik kepada
masyarakatnya. Meskipun prinsip tentang kebebasan memperoleh informasi telah
banyak dimuat dalan peraturan perundangan di Indonesia, perjuangan untuk
mewujudkan kebebasan memperoleh informasi masih sangat sulit. Akhirnya, koalisi
KMI berhasil menyusun RUU KMIP yang memuat sejumlah prinsip, yaitu sebagai
berikut:
1. Maksimum akses dan pengecualian terbatas
2. Pengecualian diberlakukan berdasarkan consequential harm test dan
balancing public interest test.
3. Akses informasi meliputi akses horizontal dan vertikal
4. Akses informasi haruslah murah, cepat, utuh, dan tepat waktu.
5. Badan publik memiliki kewajiban untuk mengelola informasi dan memiliki
sistem pelayanan publik yang baik
6. Dalam meminta informasi, pemohon tidak perlu menyertakan alasan
permintaan
7. Penyelesaian sengketa informasi haruslah cepat, murah, kompeten dan
independen melalui proses konsensual maupun ajudikatif
8. Pihak-pihak yang menghambat akses informasi mendapatkan ancaman hukuman
Sejarah perjalan advokasi legislasi RUU KMIP
·
Maret 2002, diajukan ke badan
legislasi DPR sebagai RUU KMI
·
Juli 2004, draf RUU KMI disahkan
menjadi draf DPR dan pimpinan sepakat mengirimkan draf kepada presiden agar
mengeluarkan Amanat Presiden guna menunjuk menteri yang mewakilinya dalam rapat
pembahasan selanjutnya dengan DPR
·
Pemilu legislatif dan pemilu
presiden tahun 2004. Proses terhenti dan selanjutnya terpilih anggota DPR yang
baru, pemerintah (presiden) baru berakibat pada proses yang harus dimulai dari
awal lagi.
·
Pertengahan 2005. Komisi I resmi
menyampaikan RUU KMI sebagai RUU Inisiatif DPR
·
Oktober 2005, presiden resmi
menunjuk menkominfo dan menkumham untuk mewakili presiden dalam rapat dengan
DPR. Karena merupakan RUU Inisiatif DPR, pemerintah harus menyusun DIM (Daftar
Inventarisasi Masalah) dengan mangacu pada draf yang diajukan DPR. Namun sampai
saat ini DIM belum tersusun.
Tugas Kelompok
1. Bergabunglah dengan beberapa temanmu dan identifikasikanlah pokok-pokok
isi kaporan seminar di atas!
2. Tulislah hasil identifikasimu secara sistematis / urut sehingga mudah
dipahami
Melampirkan Notulen dan Daftar Hadir dalam Laporan
Diskusi
Agar laporan suatu diskusi semakin dapat dipercaya serta dapat
digunakan untuk kepentingan lebih luas, harus dilampirkan notulen dan daftar
hadir peserta. Notulen berfungsi untuk:
1. Dokumen tertulis yang sewaktu-waktu bisa dipergunakan lagi untuk
kepentingan yang lain, misalnya sebagai sumber data yang dapat menjdai rujukan
informasi
2. Bukti otentik atas pendapat, usulan, pertanyaan dan sebagainya dari
seseorang yang terucap atau terkatakan dalam diskusi
3. Bukti kehadiran seseorang dalam pertemuan diskusi
Notulen berisi catatan atau rekaman tertulis tanya jawab yang terjadi
selama proses diskusi berlangsung. Dalam catatan ini, ditulis pertanyaan yang
diajukan serta identitas penanya dan uraian jawaban atau tanggapan yang
diberikan. Pertanyaan dan jawaban tidak ditulis persis, tetapi cukup inti
sarinya. Namun, harus hati-hati jangan sampai keliru menyarikannya. Selain itu,
notulis juga mencatat kesimpulan atau rangkuman moderator atau pemimpin diskusi
atas hasil diskusi.
Berikut ini contoh penggalan notulen tanya jawab yang berlangsung dalam
seminar di atas. Simaklah baik-baik!
TANYA JAWABSESI 1 DAN 2
1.
Staf UnNus
Pertanyaan : Apakah draf RUU KMIP yang telah disusun
oleh koalisi KMIP tetap memberikan batasan jenis informasi yang dapat diakses?
Jawaban :
Draf RUU KMIP tetap memberikan batasan
terhadap informasi yang bisa diakses secara terbuka.
2.
Robert (Soegijapranata)
Pertanyaan 1 : Apa tanggapan terhadap kontroversi penerbitan majalah Playboy?
Jawaban : Kehadiran
RUU KMIP tidak berarti bahwa segala jenis informasi bisa beredar di masyarakat
secara terbuka. KMIP lebih bertujuan agar informasi yang bersifat dan menjadi
milik publik dapat diakses oleh masyarakat secara mudah.
Pertanyaan 2 : Dokumen
pemerintah biasanya merupakan rahasia negara, seperti Rencana Detail Tata Ruang
Kota /RDTRK yang sulit sekali didapatkan. Bagaimana tanggapan pembicara
seandainya RUU menjadi UU, bagaimana kesiapan aparatur negara menghadapi hal
ini?
Jawaban : Hal tersebut disebabkan ketidakkonsistenan
UU yang melindungi sebuah dokumen negara. Sering kali terjadi sesuatu yang
seharusnya dirahasiakan justru di buka, sedangkan sesuatu yang seharusnya perlu
dibuka justru ditutupi. Harus ada pihak yang memiliki wewenang untuk menentukan
kerahasiaan sebuha dokumen.
3.
Arnold (Ketua BEM UK UBAYA)
Pertanyaan 1 : Pada RUU
KMIP disebutkan pemohon tidak perlu menyebutkan alasan perminataan informasi.
Apda yang menjadi alasan koalisi menetapkan poin tersebut?
Jawaban : Prinsip tersebut lahir dari pemikiran jika
seseorang mminta data/informasi dengan menyebutkan alasan dikuatirkan justru
akan dipakai untuk tidak mengabulkan permintaan , dan bisa juga dipakai sebagai
sumber bisnis,
Pertanyaan 2 : Definisi
informasi publik itu apa?
Jawaban :
Informasi publik adalah informasi yang
dimiliki publik dan yang berhak diketahui oleh publik. Informasi publik yang
dibahas di RUU KMIP lebih ditujukan pada informasi yang berhak diketahui oleh
masyarakat untuk mengawasi jalannya penyelenggaraan negara
4.
Ita Purnama (Badan Arsip Surabaya)
Pertanyaan 1 : Negara mana yang warganya sudaj well-informed dan apa
ciri-cirinya?
Jawaban : Negara yang sudah well-informed (dalam bentuk
UU KMIP), yaitu Jepang, Thailand dan negara yang sudah menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari walaupun belum memiliki UU KMIP, yaitu Singapura dan
Cina, Indonesia sendiri belum memulai dan itu tergantung kesungguhan pemerintah
dan aparat pemerintah untuk melakukannya. Ciri-ciri negara yang warganya
well-informed adalah warga tahu apa yang dikerjakan oleh pemerintah sehingga
mereka berhal untuk ikut mengambil keputusan dan mengawasi jalannya
pemerintahan.
Pertanyaan 2 : Siapa yang berhak menentukan kerahasiaan sebuah dokumen?
Jawaban : Lembaga
Penyelesaian Sengketa Informasi
5.
Zulkifli ( Dosen DKV, Kajian Seni UGM)
Pertanyaan : Informasi
kejadian di daerah sering kali terlambat diterima pejabat atau lembaga yang
seharusnya tahu, karena ketidakjelasan saluran informasi sehingga warga
kebingungan harus ke mana meminta atau memberikan informasi. Bagaimana RUU KMIP
mengakomodasi kepentingan ini?
Jawaban : RUU
KMIP mengakomodasi kepentingan tersebut karena sesuatu yang tidak diminta bukan
berarti tidak perlu
Uji Kompetensi
1. Berkoordinasi dengan bidang kesiswaan, selenggarakanlah sebuah seminar
sekolah. Angkatlah topik-topik yang berkenaan dengan masalah komunikasi dan
media massa. Undanglah seorang pakar yang berkompeten pada topik yang dibahas.
2. Bila tidak memungkinkan, gelarlah semulasi seminar. Tunjuklah beberapa
temanmu untuk menjadi narasumber /pembicara dan moderator. Untuk formalitas,
mintalah guru untuk memberikan sambutan dalam acara tersebut.
3. Ikutilah simulasi seminar tersebut dengan cermat dan tuntas. Posisikan
dirimu sebagai notulis.
4. Buatlah laporan atas simulasi seminar tersebut dengan bahasa yang
efektif dan sistematika yang benar
5. Lampirkan notulen tanya jawab dan daftar hadir peserta
6. Ketik atau tulis tangan dengan rapi laporan tersebut dan kumpulkan!
Uji Teori
1. Apakah yang dimaksud dengan notulis?
2. Apakah yang dimaksud dengan notulen?
3. Mengapa notulen harus dibuat?
4. Haruskah dalam setiap rapat ada notulis?
5. Sebutkan pokok-pokok isi yang harus ditulis dalam sebuah laporan
seminar!
C. MENDENGARKAN
Membaca Penggalan Novel dengan Memperhatikan Vokal,
Intonasi, dan Penghayatan
Umumnya, orang membaca novel lebih untuk dinikmati isi ceritanya,
menangkap pesan, dan mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Untuk tujuan ini, tidak dipersoalkan cara membacanya, tetapi yang penting
pemahamannya. Saat ini, membaca novel untuk memahami isinya, tetapi juga untuk
menikmati keindahan bahasanya.
Selama ini, novel
lebih dipandang sebagai karya prosa dan prosa ditempatkan sebagai lawan dari
puisi. Konsep ini harus diluruskan bahwa prosa bukan lawan dari puisi. Perlu
disadari bahwa banyak novel, di dalamnya juga terdapat puisi. Selain itu,
banyak novel yang kata-katanya sangat indah, puitis, dengan pilihan kata dan
gaya bahasa yang menawan. Perhatikan kata-kata dalam penggalan novel “Lelaki
Tua dan Laut” karya Ernest hemingway, berikut.
Sayang sekali jika orang membaca novel tersebut hanya untuk memahami
isi ceritanya. Semestinya,novel tersebut harus dinikmati juga keindahan
kata0katanya. Namun, untuk bisa dinikmati, kita harus tahu bagaimana cara
membacakannya sehingga keindahannya itu benar-banar terasa.
Seperti halnya puisi, teks novel pun dapat dibaca dengan indah. Untuk
itu, pembaca harus memperhatikan aspek suara, intonasi dan penghayatannya.
Tugas Kelompok
1. Bentuklah kelompok beranggotakan 4 – 6 siswa
2. Secara bergantian, bacalah kutipan novel Lelaki Tua dan Laut. Bacalah dengan memperhatikan vokal, intonasi,
dan penghayatan.
3. Mintalah kepada teman-teman sekelompok untuk memberi komentar atas
penampilanmu
4. Berdasarkan masukan teman-temanmu, lakukan latihan beberapa kali lagi
sampai kemampuanmu lebih baik.
Masalah yang seringa muncul berkaitan dengan vokal, yaitu suara terlalu
pelan dan tidak bertenaga atau kebalikannya, suara terlalu keras seperti
berteriak, tetapi tidak jelas apa yang diucapkan. Suara yang baik bukan yang
keras, tetapi jelas. Selain ditentukan oleh keras lemahnya suara, kejelasan itu
juga ditentukan oleh tempo, artikulasi dan intonasi
Intonasi sangat menentukan dalam menciptakan keindahan bunyi. Intonasi
yang dilakukan dengan tepat akan menghasilkan irama atau lagu kalimat. Intonasi
dicapai melalui pergantian secara variatif antara suara keras dan suara lembut,
suara rendah dan suara tinggi, suara panjang dan suara pendek. Untuk itu,
pembaca harus tahu. Pada bagian mana kata0kata diucapkan dengan suara keras,
tinggi, panjang serta bagian mana harus diucapkan dengan suara lembut, rendah,
dan pendek.
Penghayatan juuga merupakan faktor yang penting utnuk diperhatikan
pembaca. Penghayatan merupakan hasil interpretasi dan peresapan pembaca atas
suasana cerita serta karakteristik tokoh. Hasil penjiwaan itu harus terpantul
pada ekspresi. Antara isi cerita dengan ekspresi harus selaras.
Menanggapi Pembacaan Penggalan Novel dari Segi Vokal,
Intonasi, dan Pengahayatan
Untuk mengetahui apakah seseorang sudah cukup baik dalam membacakan
penggalan novel, harus ada umpan balik atau tanggapan dari pendengar. Tanggapan
itu dapat berupa pernyataan ungkapan kepuasan, kekecewaan, kritikan, pujian,
saran, harapan, dan lain sebagainya. Oleh karena hal berkaitan dengan
kompetensi membaca kutipan novel untuk mengungkap keindahan bahasanya,
tanggapan tersebut harus diarahkan pada teknik membacanya, khususnya pada aspek
vokal, intonasi dan pengahayatan seperti dijelaskan di atas. Apa pun isi
tanggapannya, harus dikemukakan denganbahasa yang santun, efektif, dan
komunikatif.
Tugas Kelompok
1. Bergabunglah kembali dengan
kelompokmu! Pilihlah 3 anggota kelompokmu yang kemampuan membaca
novelnya paling bagus!
2. Secara bergantian, perwakilan kelompok (3 siswa) maju untuk membacakan
kutipan penggalan novel berikut. Sebelum dibaca, berdiskusilah terlebih dahulu
untuk memahami isi atau maksud ceritanya.
DUA SILUET YANG BERANGKULAN
Pembaca 1
Inilah kota tempat engkau bisa menjadi orang dikenal tanpa perlu
terkenal. Selebriti lokal, begitu kata mereka. Kota ini bagaikan planet mungil
yang membulati seluruh hidupmu. Kenangan taman kanak-kanak hingga perguruan
tinggi dapat kau kitari hanya dengan 30 menit berkendara. Dan sekalipun waktu
telah membentangkan puluhan tahun sebagai jarak, tebaran wajah dan tempat itu
mencuat laksana pembatas buku. Setiap kali mengecek jejak akan siapa dirimu tak
pernah hilang.
Inilah kota dengan prasarana yang berkembang frantik dengan pola carut
marut. Sebagai penyeimbang, dianugerahkanlah kantong-kantong pergaulan yang
berkemmbang teratur dan terpola cantik laksana sarang laba-laba. Orang-orang
lama, orang-orang baru, orang-orang yang akan datang, terjalin rapi olrh
benang-benang tak terlihat namun dapat dirunut begitu engkau menjejak di
atasnya. Cukup satu untuk tahu semua, begitu kata mereka lagi. Dan engkau tak
pernah tahu pertemuan mana yang akan membawamu ke manusia kunci seperti itu.
Selebriti lokal. Manusia yang akan membuka gerbang terhadap sejaring selebriti
lain. Sampai satu saat, disadari atau tidak, kau bertransformasi menjadi salah
satu dari mereka. Lain halnya dengan manusia kunci ini, yang diam-diam atau
blak-blakan selalu menyadari posisinya dan gerbang mana yang mereka jaga.\
Demikianlah gambaran kota Bandung dalam kepala Elektra. Lama ia
mengembang sebagai partikel radikal yang berkeliaran sendiri tanpa inang.
Sebuah kondisi yang mirip dengan hidup di alam barzah, eksistensimu hanyalah
bayangan dari entitas ad infinitum bernama penantian. Dan Elektra telah cukup
lama menanti. Kota berbentuk tempurung yang dulu menangkup baginya, menjadikan
ia si katak yang dimaksud dalam peribahasa, akhirnya mambalik juga. Begitu
cepat hingga penyeberangan ekstremnya dari kulit terluar menuju jantung
pergaulan meninggalkan memori kuat akan perbedaan antar kedua alam itu. Ia
menyedari betul inisiasinya. Ia tahu siapa manusia kuncinya. Ia ingat semua.
Rasa kagum pada manusia kuncinua. Mpret, taj pernah surut. Elektra
kagum padakecepatannya melebarkan jaring, kagum pada heterogenitas manusia yang
berhasil dirangkai benang-benang translusennya. Selalu saja ada wajah baru dari
berbagai kategori. Mengklasifikasi teman-teman Mpret menjadi aktivitas otak
yang menyenangkan. Brain gym, begitu ia mengistilahkan, tanpa mau menjabarkan
lebih lanjut faedah nyata apa yang bisa didapat, dan apakah otaknya betulan
senam seperti kala mencongkak pakai metoda simpoa. Elektra suka
kegiatan-kegiatan remeh seperti itu. Sesuatu yang nyaris menjadi profesi saat
ia masih gentayangan di nisi antah berantah kehidupan sosial.
Sesosok wajah baru hadir malam ini. Elektra segera tahu karena posisi
kursi kasir tempat ia duduk tusuk sate dengan pintu. Laki-laki itu masuk ke
dalam warnet tapi tidak menunjukkan ketertarikan pada komputer. Ia celingak-celinguk mencari yang lain. Dua
kali mata itu singgah pada Elektra tapi baru yang ketiga kali ia bertanya,
“Mpret ada?”
Pembaca 2
Elektra langsung menjalankan scanning.
Rambut kusam, model cepak, ujung-ujung ditegakkan seperti punggung
stegosaurus, cat pirang meluntur. Kulit gosong diterpa ultraviolet dosis
tinggi. Baju tumpuk tiga: kaos lengan panjang, kaos lengan pendek, jaket kulit.
Jins menggantung semata kaki, mempertontonkan sepatu bot tentara yang sudah
dadas di sana sini. Ransel bahan parasit penuh emblem. Aksesori rantai di
leher, gelang paku-paku di pergelangan. Lima tindikan di wajah. Terdapat
bolongan besar di kuping yang diisi kerang berbentuk kerucut. DI sudut mulutnya
menggantung sedotan plastik penuh cap gigi yang mengkilap oleh ludah.
nput semua data tadi lantas mengahasilkan kesimpulan sebagai berikut:
anak punk => bukan klien => bukan anak warnet => bukan teman nongkrong
=> non-Bandung. Kesimpulan: teman lama banget/teman baru banget/calon rekan
bisnis. Namun Elektra censerung mengeliminasi kemungkinan terakhir. Kalau bukan
teman lama, pasti teman gres. Bukan dari Bandung, karena kalau iya, dia sudah
pasti sudah nongol setidaknya sekali dalam dua tahun terakhir ini. Mpret tidak
pernah kehilangan kontak dengan semua temannya, kecuali kalau ia memilih
demikian.
“Ada di belakang. Saya panggil dulu ya,” jawab Elektra sambil berdiri,
Sori, namanya siapa?”
“Bong.”
Bong. Bong. Bong. Elektra mengulang-ulang nama itu dalam hati. Nama
yang tidak biasa. Mirip dengan Mpret. Satu kata tapi hadir. Mungkin Bong
merupakan versi pendek dari Bongky. Atau Bongkar. Bukannya tidak mungkin, baru
minggu lalu ia berkenalan dengan anak baru gede bernama Bento yang berayahkan
seorang fans fanatik Iwan Fals.
Dengan sungguh-sungguh Mpret menyarankan pada anak itu untuk tidak pernah
menginjakkan kaki ke Jepang, karena di
sana yang bernama bento bentuknya kotak dan Cuma untuk dijejali makanan.
Tamu nyentrik itu juga tidak
menunggu sebagaimana layaknya prosedur konvensional orang bertamu. Tanpa
sungkan, ia menguntit Elektra dari belakang. Santai melenggang sembari menyanyi
bergumam. Sesekali Elektra mendelik ke belakang, seolah ingin mengibas nyamuk
yang bergengung di kuping. Namun orang itu tampak rileks seperti di rumah
sendiri tanpa disuruh.
Pembaca 3
Langkah Elektra terhenti si depan satu pintu kamar. Ada kebisingan dari
dalam sana yang memberontak ingin keluar tetapi diredam seperti duri bandeng
dijinakkan dalam mesin presto. Sepotong kaca jendela yang tertutup rapat
bergetar-getar akibat dentuman bas yang menggebu. Mengetuj tidak akan memberi
dampak apa-apa.
“Mpret.... Mpret...” Elektra memanggil sambil menggedor pintu. Beberapa
kali ia mengulang tapi tidak ada efek. Segugus lengan tahu-tahu muncul dari
belakang, melayang tepat di kepalanya lalu ikutan menggedor.
“PRETI HOI!”
Dua kata tapi efektif. Bong punya gelegar dalam suaranya yang sanggup
berkompetisi dengan gaduh di dalam sana. Tak lama, kegaduhan itu hilang dan
gagang ppintu itu bergerak.
“BONG!”
“FRET!”
“BONG!”
“FRET!”
Bongpret. Bongpret. Tempe bongpret. Elektra mengulang-ulang dalam
kepalanya sambil menontoni dua laki-laki itu berbalasan meneriakkan nama satu
sama lain seolah-olah tidak yakin akan identitas masing-masing. Mereka
berangkulan akrab, saling tepuk bahu, saling tepuk muka. Berusaha terus
meyakinkan diri.
“Etra, kenalin, ini Bong. Sepupu gua,” Mpret berkata setelah pipinya
memerah kena tepukan berkali-kali.
Elektra termangu. Ini kategori yang belum pernah ada sebelumnya. Baru
kali ini ia bertemu seseorang yang punya hubungan darah dengan Mpret. Terkadang
ia lupa bahwa Mpret lahir ke dunia dari sebuah keluarga, bukan turun dari
langit atau tumbuh dari tanah. Dan tanpa analisa lebih lanjut, dapat
disimpulkan kalau Bong berasal dari belahan keluarga Mpret yang Jawa. Bukan
yang Italia.
Pembaca 4
“Hai, Saya Elektra.”
“Oh, ini yang namanya Elektra?” Bong menjabat tangannya mantap.
Sebuah kejutan lagi baginya. Kalimat Bong menyiratkan adanya proses praperkenalan.
Elektra pun bertanya-tanya, kapan itu terjadi dan apa saja yang dibilang
Mpret tentangnya.
“Sebelas tahun gua sama dia nggak ketemu. Sebelas!” seru Mpret sambil
mengacungkan kedua telunjuknya.
Bong terkekeh, menampangkan sederet gigi berantakan yang keropos
satu-dua.
“Desertir keluarga. Sama juga kayak dia, Cuma gue merintis lebih awal.”
“Gimana caranya kalian bisa ketemu lagi?” tanya Elektra penasaran. Siap
senam otak dengan merunut jejaring yang membuahkan pertemuan dramatis ini. Bong
menjawab ringan, “Frendster.”
Yang itu bukan kejutan, kendati cukup membuat Elektra terenyak. Bukti
konkrit bahwa mereka sungguhan hidup di era milenium, terminologi favorit
sahabatnya, Kewoy. Yang lain sudah pada muak dengan istilah yang mengusang
akibat pemakaian berlebihan sejak tahun 2000 itu, tapi tak ada yang bisa
menghindari kenyataan yang diungkapkannya. Sepasang sepupu yang terpisah
sebelas tahun menemukan keberadaan masing-masing lewat Friendster. Jaring
laba-laba elektrokik yang mencoba membungkus dunia. Elektra ingat, Mpret baru
join di Friendster sebulanan yang lalu. Itupun karena didaftarkan paksa. Aneh
memang, apalagi untuk macan internet seperti Mpret, tapi ia punya alasan
sendiri.
Waktu browse pertama kali,
Mpret menganggap Friendster hanya berguna bagi orang-orang kesepian yang
kekurangan teman tapi kelebihan waktu. Teman-temannya termasuk Elektra,
langsung protes. Mereka lantas memamerkan halaman Friendster-nya masing-masing
yang langsung dibalas tawa terbahak-bahak oleh Mpret. Ia merasa salah
menyimpulkan, ternyata Friendster juga berguna bagi orang-orang yang cukup
teman tapi tidak percaya diri karena butuh rekonfirmasi. Lihat tub, kata Mpret
waktu itu, isinya kalin-kalian lagi, yang kalau mau ketemu tinggal nongolin
kepala, yang kalau mau ngomong tinggal teriak, itu sama gobloknya dengan gua
bicara sama si Kewoy pake hp padahal dia di depan hidung. Mereka lantas
teringat pada malam sebelumnya saling berseru dari sekat komputer
masing-masing, add saya, dong!. Saat itu juga diputuskanlah untuk berhenti
meyakinkan Mpret. Namun hari ini, kondisi itu berbalik. Mpret menjadi
orang-orang yang kehilangan sepupu.
Semalan suntuk kedua kerabat itu bertukar cderita demi mengejar
ketinggalan satu dekade. Sayup-sayup suara mereka merambati udara dini hari
yang dingin. Bong, di anak Jakarta, menyebut diri “gue”, Mpret, si anak
Bandung, menyebut diri “gua”.
......
Mereka memang sama, hanya masalah waktu dancara.
Uji Kompetensi
1. Setelah selesai setiap anggota kelompok harus memberikan tanggapan atau
ulasan atas penampilan wakil kelompok lain. Tanggapan harus ditanggapi kembali
oleh kelompok bersangkutan.
2. Hal ini dilakukan terus hingga wakil setiap kelompok tampil di depan
dan seluruh siswa mendapat kesempatan untuk menyampaikan tanggapan
3. Guru akan mengamati dan mencatat siswa yang rajin memberi tanggapan dan
bobot cukup jelas.
Berikut
beberapa pertanyaan panduan untuk mengutarakan tanggapan.
a)
Apakah suara sudah terdengar cukup
jelas?
b)
Apakah pungtuasi atau tanda baca
sudah diucapkan dengan intonasi yang tepat?
c)
Apakah pemenggalan atau
pengelompokan frase sudah dilakukan dengan tepat sehingga makna tidak rusak?
d)
Apakah suara sudah menggunakan
intonasi secara bervariasi atau cenderung monoton?
e)
Apakah sudah melakukan penjiwaan
atau penghayatan dengan pas?
f)
Apakah semua kata diucapkan dengan
pelafalan yang benar?
g)
Bagaimana kecepatan membacanya,
apakah sudah pas?
Uji Teori
1. Apa perbedaan prosa dan puisi?
2. Aspek apa yang harus diperhatikan saat membacakan novel?
3. Menurut bentuknya, termasuk dalam kategori manakan novel itu? Mengapa
demikian?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar